Selasa, 18 November 2014

novi karyahti




LAPORAN TUGAS HINDUISME
KUNJUNGAN ‘PURA ADITHYA JAYA’



DOSEN PEMBIMBING
 Syaiful Azmi, MA




DISUSUN OLEH
NOVI KARYAHTI (1113032100027)




UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PERBANDINGAN AGAMA (A)
SEMESTER 3
2014




HINDUISME
KUNJUNGAN KE ‘PURA ADITYA JAYA’

Pendahuluan.

Pada tanggal 3 November 2014, kami dari Jurusan Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan kunjungan ke Rumah Ibadah Umat Hindu yaitu ke Pura yang bernama Pura Aditya Jaya. Pura Aditya Jaya berada di daerah Rawamangun, Jakarta Timur . Tujuan kami melakukan kunjungan ini adalah untuk menambah pengetahuan kami tentang Agama Hindu lebih detail dengan mendengarkan paparan dari Narasumber langsung yang beragama Hindu, bahkan dari orang yang cukup ahli dalam Agama Hindu dan melihat lebih dekat Rumah Ibadatnya. Olehsebab itu untuk memenuhi tugas dari Bapak Syaiful Azmi selaku dosen Hinduisme, saya membuat sedikit rangkuman tentang apa yang saya dapat dari kunjungan ke ‘Pura Aditya Jaya’.
Pura Aditya Jaya yang bernuansa/bercorak seperti pura dibali ini berdiri pada tanggal 4 Oktober 1983.  Pura ini sudah berdiri selama 41 Tahun, dan tepat pada tanggal 4 Oktober 2014 lalu. Pura Aditya Jaya merayakan hari jadinya yang ke-41, dalam perayaannya Pura Aditya Jaya mengadakan Acara disana dengan melibatkan para jamaatnya. Menurut Narasumber jemaat yang beribadah disini cukup banyak. 

1. PURA 

Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia. Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu. Bangunan sebuah Pura terdapat tiga bagian, pertama zona terluar yang merupakan pintu masuk pura dari lingkungan luar yang disebut Nista mandala (Jaba pisan). Kedua zona tengah tempat aktivitas umat dan fasilitas pendukung disebut Madya mandala (Jaba). Dan yang merupakan zona paling suci di dalam pura disebut Utama mandala (Jero)  
Tempat suci Agama Hindu/ Pura disebut juga candi, mandir, kongkonan atau penalaran . Dimana merupakan tempat yang dimiliki oleh Orang Suci. Pura memiliki 3 Jenis yang berfungsi khusus untuk menggelar beberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali, yaitu:
  1. Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan. Dibangun di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali yang memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan hyang.
  2. Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.
  3. Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan, berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di Bali.
2.  RSI & KITAB SUCI

 Agama Hindu tidak terlepas dari seorang Rsi, seorang yang dianggap Orang Suci yang menyebarkan Agama Hindu. Adapun Rsi yang menerima wahyu atau disebut Sapta Maha Rsi adalah Grtsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasista, dan Kanwa. Adapun Kitab Suci Agama Hindu adalah Kitab Weda. Kitab Weda adalah kitab yang tidak berawal dan tidak berakhir namun, ada sumber dari bukti sejarah bahwa Kitab Weda diperkirakan muncul pada 6000 SM/1500 SM. Tetapi menurut Agama Hindu Kitab Weda tidak diketahui kapan munculnya, begitu paparan dari narasumber. Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan ruang lingkupnya, maka jenis weda itu banyak. Maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Kitab Weda ada yang diterima melalui pendengaran Rsi dan isebarkan dari mulut ke mulut.


3. PANCA SRADA 

 Di dalam ajaran Hindu ada yang namanya Panca Sradha. Panca artinya lima, Sradha artinya keyakinan/kepercayaan. Jadi ‘Panca Sradha’ artinya lima unsur keyakinan. Panca Sradha terdiri dari :
1.      Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi. Hyang Widhi adalah yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Percaya bahwa beliau ada, meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya. Hyang Widhi adalah asal dari segala yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk Dewa-dewa dan lain-lainnya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri beliau. Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.
2.      Atman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman. Atman berasal dari  Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua mahluk. Atman atau Sang Hyang Atman disebut pula Sang Hyang Urip. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah mahluk hidup yang terjadi dari dua unsur yaitu badan dan atman.
3.      Karma, artinya percaya akan adanya hukum karma phala. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan  yang buruk akan membawa hasil yang duka atau tidak baik.
4.      Samsara, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali. Samsara disebut juga Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulang-ulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atman masih diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan keduniawian. Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atman dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga.
5.      Moksa, artinya percaya akan adanya kebahagiaan rohani. Moksa berarti kebebasan. Kamoksan berarti kebebasan yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari karma phala, bebas dari samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam kamoksam itu telah bebas dari urusan – urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam Parama Siwa. Alam moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupam ini disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup.
      Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki Panca Sradha yang mantap. Seseorang yang sradhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang.

    4. TRIGUNA&KARMA PHALA 

       Selain Panca Sradha, sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas adapula TRIGUNA yaitu, unsure  yang mungkin ada didalam rohani/atman manusia. TRIGUNA itu adalah  Sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas dan sifat-sifat baik lainnya. Rajas yakni sifat lincah, gesit, energik. Dan Tama yakni sifat tamak,paling malas, kumal, rakus dan suka berbohong. Sikap yang terakhir ini harus dikalahkan dengan sifat-sifat Sattwam, dengan cara dilatih dan proses meditasi.
Narasumber juga memaparkan tentang kepercayaan Umat Hindu pada Karma Pala. Karma adalah  perbuatan , Phala adalah buah dari perbuatan. Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala berarti suatu balasan atau hukuman dari apa yang diperbuat. Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak langsung pahala itu pasti akan datang. Umat Hindu sangat percaya dengan Karma Phala. Dilihat dari sudut waktu, Karma phala dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.       Sancita karma phala
Adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu  baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula ( senang, sejahtera, bahagia ). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang inipun akan buruk ( selalu menderita, susah, dan sengsara )
2.       Prarabda karma phala
Adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan, dan sebalik. Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma langsung/cepat.
3.       Kriyamana karma phala
Adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi akan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya.
Adapun yang lain yang dibahas oleh narasumber adalah Perlaye yaitu, hari akhir dalam Agama Hindu. Yaitu bumi ini akan kembali kepada asalnya dan kehancuran alam semesta yang terdiri dari 14 lapis, 7 lapis kebawah(bumi) dan 7 lapis keatas (langit). Kemudian juga narasumber mengatakan bahwa moksa dan surga itu berbeda.

Demikian sedikit paparan yang saya dapat dari narasumber di Pura Aditya Jaya sewaktu kunjungan kemarin .

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda