muniri
LAPORAN
KUNJUNGAN
PURA ADITYA JAYA
Diajukan Sebagai
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hinduisme
DosenPembimbing
:
Syaiful
Azmi, M.A
DisusunOleh:
Muniri (1113032100033)
FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
DAFTAR ISI
Daftar
Isi....................................................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah..........................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Pura Aditya
Jaya.........................................................................................2
B.
Proses Berdirinya Pura Aditya
Jaya........................................................................3
C.
Perkembangan Pembangunan Pura Aditya
Jaya.....................................................4
D.
Pangempon..............................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................................................6
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur
saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih-Nya,
saya dapat melaksanakan kunjungan ke Pura Aditya Jaya. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing saya dalam
melakukan kunjungan dan pembuatan laporan ini.
Laporan
hasil kunjungan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Agama Hindu.
Dalam
penyelesaian laporan ini, banyak dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik
secara moril maupun material. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami selaku
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Syaful Azmi sebagai Dosen
Agama Hindu
2.
Semua pihak yang telah membantu,
yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan
atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan kepada kami mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu sangat kami harapkan saran
dan kritik dari semua pihak, khususnya para pembaca.
Harapan
kami, semoga laporan hasil Kunjungan ini bermanfaat khususnya bagi kami selaku
penulis, umumnya bagi para pembaca.
Penulis, 17 November
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pura Aditya Jaya adalah Pura pertama yang dibangun dan
didirikan di Jakarta ini, lokasinya sangat strategis berada disebelah timur
lintasan tol Cawang-Tanjung Priok atau sering disebut dengan Jalan Layang A.
Yani.Lokasi pura memang berada dipersimpangan Jl. A. Yani dengan Jl.
Rawamangun.Pura yang hampir setiap hari dikunjungi ini, memiliki sejarah yang
sangat panjang mulai dari sebuah sanggar sebagai tanda yang hingga sekarang ini
berdiri sangat megah dengan halaman yang sangat luas. Pada hari Sabtu dan
Minggu, pengunjung pura sangat ramai, lebih-lebih saat diselenggarakannya
Pendidikan Agama bagi anak-anak yang beragama Hindu mulai dari SD-SMP dan SMA
termasuk juga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ingin memperoleh
nilai agama untuk memenuhi nilai SKS-nya. Bahkan sekarang sudah berdiri Sekolah
Tinggi Agama Hindu (STAH).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kenyataan
tersebut, penulis ingin mengetahui serta mengkaji lebih dalam tentang Pura
Aditya Jaya perlu adanya permasalahan dalam makalah ini. Ada beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas.
1.
Bagaimana Sejarah Aditya
Jaya di Jakarta Timur?
2.
Bagaimana proses
berdirinya Pura Aditya Jaya?
3.
Bagaimana perkembangan
pembangunan Pura Aditya Jaya?
4.
Apa yang dimaksud dengan
Pangempon?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pura Aditya Jaya
Pada
hari Purnama-Tilem misalnya, banyak sekali umat Hindu baik tua maupun muda
melakukan persembahyangan.Bahkan pada hari perayaan tertentu umat harus antre
ber jam-jam untuk mendapat giliran melakukan persembahyangan.Hari Piodalan Pura
Aditya Jaya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, jatuh pada hari Sabtu
bertepatan dengan Hari Saraswati. Pura yang ditata sangat apik ini dikelola
oleh sebuah badan otorita yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengembangannya..
Proses
berdirinya Pura Adhitya Jaya Rawamangun, tidak dapat dilepas kan dari sejarah
perjuangan hidup umat Hindu di DKI Jakarta. Betapa tidak. Sebab ide untuk
membangun tempat persembahyangan umat Hindu di DKI Jakarta sudah lama dirintis
oleh Suka Duka Hindu Bali (SDHB), yang kemudian diganti menjadi Suka Duka Hindu
Dharma (SDHD) atas saran Bapak Dirjen Bimas Hindu dan Budha I. B. Mastra.
Awalnya,
kiprah dari Suka Duka Hindu Dharma baru terbatas pada perayaan hari-hari suci
keagamaan, seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan.Kian hari cita-cita untuk
pendirian Pura tersebut mulai dipertegas dengan mendirikan Yayasan yang khusus
untuk maksud pembangunan Pura.Yayasan itu bernama Yayasan Pitha Maha. Pengurus
Yayasan tersebut antara lain Bapak Ida Bagus Manuaba (almarhum) anggota Dewan
Konstituante, Bapak I Gusti Bagus Subania (almarhum) yang merjabat Menteri
Koordinator, Bapak I Nyoman Wiratha (almarhum) yang menjadi anggota DPRD DKI.
Yayasan ini mendapat bantuan dana secara rutin.
Pada
tahun 1960-an, Presiden Soekarno memberikan tanah di lapangan Banteng kepada
umat Hindu untuk tempat ibadah.Entah bagaimana pokok masalahnya, rencana
mendirikan Pura di lapangan Banteng itu gagal.Tahun 1962, ditawarkan lokasi
baru yakni di daerah Ancol.Namun umat Hindu keberatan, sebab lokasi Ancol saat
itu berlumpur, tidak seperti Ancol sekarang ini. Kemudian ditawarkan lokasi
baru lagi yakni sekitar Yakindra (Taman Ria Remaja Senayan sekarang), namun
upaya pembangunannya belum juga berhasil.
Titik
terang kemudian mulai muncul. Yakni ketika, Bapak Menteri PU Ir. Sutarni
(almarhum) menerbitkan surat No.36/ KPTS/ 1976 yang isi pokoknya antara, lain:
·
Memberi
ijin kepada Parisada, Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk menggunakan tanah yang
dikuasai oleh Dep. PU cq. Ditjen Bina Marga (yakni tempat Pura Adhitya Jaya
sekarang) sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu di Jakarta dan
sekitarya.
·
Penggunaan
tanah sesuai dengan aturan Tata Kota DKI Jaya.
·
Keputusan
ini berlaku sebagai pengetahuan atas penggunaan tanah tersebut yang telah
dibuat oleh Dirjen Bina Marga, berlaku sejak tanggal 4 Maret 1972.
·
Pemberian
ijin oleh Bapak Menteri PU tersebut didukung oleh Bapak Gubernur KDKI Jakarta
(waktu itu) Ali Sadikin, selaku penguasa tunggal di daerah. Dukungan tersebut
dimuat dalam Surat Keputusan No.D.TV-a2/4/24/73.
Atas
dasar sumber-sumber di atas, maka mulailah umat Hindu merintis pembangunan
phisik Pura Adhitya Jaya Rawamangun, yang dalam kenyataannya berbarengan dengan
pembangunan Pura Dalem Pura Jati Cilincing di Jakarta Utara; Pura Candra Praba
Jelambar di Jakarta Barat, Pura Raditya Dharma Cijantung di Jakarta Timur.
B. Proses Berdirinya Pura Aditya Jaya
Proses
pendirian Pura Adhitya, Jaya Rawamangun diawali oleh cetusan ide dari Bapak I
Gusti Ngurah Mandra kepada Bapak Menteni PU Ir. Sutarni pada acara penyerahan
Masjid Pelita Taqwa dari Menteri PU kepada Bapak Walikota Madya Cirebon, yang
dilaksanakan sekitar Tahun 1973. Atas petunjuk dari Bapak Menteri, maka
dibentuklah Panitia Pembangunan Pura (yang kemudian disebut Pura Adhitya Jaya
Rawamangun), yang susunan personalianya sebagai berikut:
Ketua
Umum: I Gusti Ngurah Mandra
Ketua
I: I Nyoman Gria
Ketua
II: I Gusti Ketut Sukarta
Sekretaris
I Drs. Sang Made Jingga
Sekretaris
II A.A. Sumitra
Bendahara
I Ir. Ketut Berana
Bendahara
II I Wayan Armiatha
Setelah
Panitia terbentuk, maka Panitia mengajukan pemohonan kepada Pemimpin
Proyek.Pemimpin Proyek kemudian menunjuk dan mengesahkan Panitia tersebut untuk
melaksanakan pembangunan Pura yang dimaksud. Sebelum pembangunan tersebut,
Panitia mengadakan rapat membahas keabsahan surat tanah. Yang hadir dalam rapat
adalah Ida Pedanda Gde Wayan Sidemen (almarhum), A.A. Oka Jelantik, S.H., Drs.
Nengah Kembar, dan semua anggota Panitia.
Rapat
menyetujui peletakan batu pertama pembangunan Pura yang dilaksanakan oleh Bapak
Drs. Moh.Hadi (almarhum) mewakili Pimpinan Proyek.Sejak saat itu dilakukan
pembangunan yang pengedaannya dilakukan oleh tukang dari Bali, yang
pendanaannya didukung oleh para donatur.Sudah tentu phisik pembangunan dimulai
dengan membuat Padmasana disusul dengan Bale Papelik, Pengelurah, Pawedan
Tanian Sari, Penyengker, dan sebagainya. Pada tanggal 12 Mei 1973 diadakan
peresmian oleh Wakil Gebemur KDKI Jakarta, Ir. Prayogo dan Ngenteg Linggih
dipuput oleh Ida Pedanda Gde Wayan Sidemen.
C. Perkembangan Pembangunan Pura Aditya Jaya
C. Perkembangan Pembangunan Pura Aditya Jaya
Sebagaimana
diketahui bahwa pembangunan Pura Adhitya Jaya Rawamangun dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan sarana pendukung (dana) yang ada. Jika dilihat
dari bangunan phisik yang berhasil diwujudkan dalam pembangunan tersebut, maka
pentahapan tersebut dapat diklasifikasikan atas tujuh tahapan yaitu:
Tahap Pertama dimulai tahun 1972, yang berhasil dibangun adalah Padmasana, Griya Pedanda (belum permanen), Penglurah, Wantilan di Jaba Tengah namun dalam wujud sederhana berupa, bedeng.
Tahap Pertama dimulai tahun 1972, yang berhasil dibangun adalah Padmasana, Griya Pedanda (belum permanen), Penglurah, Wantilan di Jaba Tengah namun dalam wujud sederhana berupa, bedeng.
Tahap Kedua dilanjutkan lagi pada tahun 1976, dengan membangun
Kuri Agung, Penyengker Jeroan dengan tembok sederhana, Renovasi Wantilan di
Jaba Tengah, Taman Sari dalam wujud sederhana. Tahap Ketiga dilanjutkan tahun 1985, dengan memulai pembangunan
wantilan besar di Jaba, walau belum selesai pada tahun itu.Tahap Keempat dimulai talun 1988. Yang berhasil dibangun adalah
Wantilan Besar (melanjutkan pembangunan tahun 1985), Bale Kulkul, Candi Bentar
di sebelah Bale Kulkul, Griya Pedanda (permanen), Bale Bengong di sebelah Griya
Pedanda. Tahap Kelima dilanjutkan
tahun 1995, dengan membangun Wantilan permanen di Jawa Tengah, Ruang Pasraman/Kuliah
(di sebelah wantilan besar di Jabaan).Tahap
Keenam adalah tahun 1996 dengan membuat jalan aspal, Candi Bentar di Jaba
Sisi (menghadap kejalan by pass), Candi Bentar di belakang (di ujung Jalan
Daksinapati Raya), Renovasi Penyengker Mandala Utama (Jeroan).Tahap Ketujuh tahun 1997 dengan
membangun Penyengker di Jaba Sisi yang menghadap ke jalan by pass.Demikianlah
pentahapan pembangunan Pura Adhitya Jaya Rawamangun.
D. Pengempom
D. Pengempom
Yang
dimaksud dengan pengempon Pura dalam hal ini adalah kelompok umat yang
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, terselenggaranya upacara dan seluruh
kebutuhan Pura.
Perlu
diketahui bahwa pengempon Pura Adhitya Jaya Rawamangun sebelum tahun 1996
berbeda dengan pengempon setelah tahun 1996.Sebelum tahun 1996, umat Hindu yang
berdomisili di Jakarta Pusat masih ikut ngempon Pura Adhitya Jaya.Setelah tahun
1996, di mana Banjar Jakarta Pusat sudah memiliki tanggung jawab untuk ngempon
Pura Tanah Abang maka pengempon Pura Adhitya Jaya dilaksanakan sendiri oleh
Banjar Jakarta Timur.
Banjar Jakarta Pusat sendiri ada 5 (lima) tempek yaitu Tempek Cempaka Putih, Tempek Rawasari, Tempek Salemba, Tempek Kemayoran, Tempek Tanah Abang. Sedangkan Banjar Jakarta Timur terdiri dari 9 (sembilan) tempek yaitu Tempek Cipinang, Tempek Utan Kayu, Tempek Rawamangun, Tempek Kelapa Gading, Tempek Kelender, Tempek Pulogadung, Tempek Pondok Bambu, Tempek Jatiwaringin, Tempek Kampung Ambon.
Banjar Jakarta Pusat sendiri ada 5 (lima) tempek yaitu Tempek Cempaka Putih, Tempek Rawasari, Tempek Salemba, Tempek Kemayoran, Tempek Tanah Abang. Sedangkan Banjar Jakarta Timur terdiri dari 9 (sembilan) tempek yaitu Tempek Cipinang, Tempek Utan Kayu, Tempek Rawamangun, Tempek Kelapa Gading, Tempek Kelender, Tempek Pulogadung, Tempek Pondok Bambu, Tempek Jatiwaringin, Tempek Kampung Ambon.
Dalam
penanganan kebutuhan baik untuk pembangunan, maupun penyelenggaraan PuJawali
atau yang lainnya, maka tempek pengempon yang bersangkutan mencari dana punia
di lingkungan pengempon dan juga di lingkungan masyarakat Hindu di luar
pengempon.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses
berdirinya Pura Adhitya Jaya Rawamangun, tidak dapat dilepas kan dari sejarah
perjuangan hidup umat Hindu di DKI Jakarta. Betapa tidak. Sebab ide untuk
membangun tempat persembahyangan umat Hindu di DKI Jakarta sudah lama dirintis
oleh Suka Duka Hindu Bali (SDHB), yang kemudian diganti menjadi Suka Duka Hindu
Dharma (SDHD) atas saran Bapak Dirjen Bimas Hindu dan Budha I. B. Mastra.
LAMPIRAN
Gambar di atas adalah pintu gapura untuk memasuki
bagian dalam Pura Aditya Jaya, dilihat dari tempat parkir yang arealnya mampu
menampung cukup banyak kendaraan roda empat. Areal parkir ini terhubung dengan
Jl. By Pass melalui sebuah pintu gerbang lagi.Kedua pintu gerbang ini hampir
selalu tertutup kecuali barangkali ada upacara keagamaan yang besar.Gapura yang
memisahkan wilayah bagian luar dan wilayan bagian tengah pura yang terlihat
pada gambar di atas di sebut candi Bentar.Terdapat dua candi Bentar di pura
Aditya Jaya ini dimana yang satunya lagi berada di pintu masuk sebelah timur.

Pemandangan
Pura Aditya Jaya yang terlihat ketika memasuki wilayah Candi dari arah timur
atau dari Jl. Daksinapati Raya

Wilayah
bagian luar Pura Aditya Jaya yang di sebut sebagai Nista Mandala atau Jaba
Sisi, dimana terdapat Rumah Tunggu, took buku yang menjual buku-buku tentang
ajaran agama Hindu, kantin yang cukup menyenangkan, Bale Gede dan dapur. Sebuah
pohon beringin besar yang rindang memberi perlindungan yang nyaman bagi para
pengunjung Pura Aditya Jaya.

Gerbang
masuk Pura Aditya Jaya yang menghubungkan wilaya tengah dan wilayah utama Pura.
Gapura itu, yang dinamai Kori Agung, memiliki satu pintu utama di tengah dan
dua pintu tambahan, masing-masing di sebelah kiri dan kanan

Candi
terbesar yang berada di dalam wilayah utama Pura Aditya Jaya yang juga disebut Utama Mandala




0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda