Senin, 08 Desember 2014

ubad badru salam

LAPORAN KUNJUNGAN
PURA ADHITYA JAYA
Disusun oleh : Ubad Badru Salam
NIM : 1112032100067
Pembimbing : Syaiful Azmi, M.A.


 



Fakultas Ushuluddin
Prodi Perbandingan Agama
  PURA ADHITYA JAYA

Pura Aditya Jaya dibangun dalam tujuh tahapan. Pertama dimulai tahun 1972 dan tahap akhir dilakukan tahun 1997. Areal Pura Aditya boleh dibilang cukup luas. Disitu terdapat sejumlah bangunan dan ornament bergaya khas Bali. Suasana Pura juga mirip taman hijau yang terlindung dari sengatan panas matahari karena lebatnya pepohonan rindang disekeliling areal. Terlihat ada banyak tumpukan pasir didalam karung dimana saya berditiri sepertinya ada kegiatan renovasi.



PADMASANA


Canditerbesar yang berada di dalamwilayahutamaPura Aditya Jaya, yang jugadisebutUtama Mandala. Utama mandala (Jero): yang merupakan zona paling suci di dalam pura. Di dalam zona tersuci ini terdapat Padmasana, Pelinggih Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan. Kemudian ikat kuning yang saya pakai itu berfungsi sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-dewa.


PEMANGKU

Tugas Pemangku adalah memangku (menampung) segalaurusan. Semua urusan diserahkan kepada Pemangku terlebih dahulu, dari Pemangku ini baru diteruskannya kepada yang berkepentingan, apakah untuk Depati ataukah untuk Ninik Mamak dan Alim Ulama. Pemangkulah yang bertugas untuk membawa dan menyampaikan, karena melalui Pemangku ialah yang memegang pepatah mengatakan lantak tidakbolehgoyah, cermintidakbolehkabur, digesermati, diganggulayu, itulah kata adat Seko Nan TigoTakah.
Kalau itu soal agama maka Pemangku akan menyerahkan pada Alim Ulama yang sebagai Suluh Bindang Pemangku Adat, kalau masalah keluarga atau masalah anak jantan dan anak batino Pemangku akan menyampaikan kepada Ninik Mamak, itulah yang dikatakan bajenjang naik batakah turun.

Tetapi Pemangku tidak boleh memutuskan sendiri segala masalah itu. Begitu juga dalam kerapatan, mereka boleh buka suara tetapi keputusan tidak terletak ditangannya, dalam pengurusan anak jantan dan anak batino Pemangku disebut Rekan Kembar Depati Ninik Mamak.

Selasa, 02 Desember 2014

habib al rahman

LAPORAN KUNJUNGAN
PURA ADITYA JAYA
Diajukan Sebagai Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hinduisme







Dosen Pembimbing :
Syaiful Azmi, M.A.

Disusun Oleh :
Habib Al Rahman 1113032100011




Semester III
Jurusan perbandingan agama (A)
Fakultas ushuluddin
Uin syarifhidayatullah jakarta
2014
   Pada tanggal 3 bulan november tahun 2014 jurusan perbandingan agama uin syarif hidayatullah jakarta semester tiga  mengadakan acara kunjungan ke pura aditya jaya yang berada di daerah rawamangun dalam hal kegiatan yaitu untuk mengenal dan mempelajarai agama hindu lebih dalam dan mengetahui tempat-tempat suci dalam agama hindu secara lebih real. Adapun beberapa penjelasan mengenai pura aditya jaya, dimulai dari sejarah pembangunan pura aditya jaya dan pengenalan mengenai tempat-tempat yang berada di pura, juga membahas mengenai materi ukum karma phala dalam Agama Hindu.
1. Sejarah Pembangunan Pure Aditya Jaya
      Sejarah didirikanya Pura Aditya Jaya Rawamangun, tidak lepas dari sejarah perjuangan umat Hindu di DKI Jakarta oleh ‘Suka Duka Hindu Bali (SDHB)’. Kemudian ganti nama menjadi ‘Suka Duka Hindu Dharma (SDHD)’ atas saran IB Mastra, Dirjen Bimas Hindu dan Budha. Menyusul cita-cita pendirian Pura yang dipertajam dengan mendirikan Yayasan ‘Pitha Maha’ dibawah pimpinan Ida Bagus Manuaba, anggota Dewan Konstituante, I Gusti Subania, Menteri Koordinator, I Nyoman Wiratha, anggota DPRD DKI Jakarta.

    Presiden pertama RI, Ir Soekarno, yang akrab disebut Bung Karno, menyambut baik gagasan membangun Pura, bagi umat Hindu di Jakarta. Oleh karenanya Bung Karno, pada 1960-an menawarkan tanah di Lapangan Banteng kepada umat Hindu untuk beribadah. Tetapi entah apa pasalnya, rencana pembangunan Pura Hindu di lapangan Banteng batal. Berlanjut tahun 1962-an kembali ditawarkan lokasi baru di Ancol. Namun umat Hindu keberatan, sebab lokasi tersebut pada masa itu berlumpur, berbau anyir. Berbeda dengan keadaan Ancol masa kini dengan Ancol masa lalu. Terutama setelah Ancol disulap oleh pemilik modal dijadikan lahan komersil taman hiburan.

    Buah kemenangan saat umat Hindu Jakarta berharap cemas menunggu batas waktu kapan secepatnya memperoleh lokasi yang tepat untuk membangun ‘Pura’ di Jakarta. Tanpa diketahui lebih dulu, Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum, dijaman pemerintahan Bung Karno, menawarkan lokasi baru yang memungkinkan untuk membangun ‘Pura’. Pak Menteri dipandang sebagai sosok pejabat negara yang waktu itu dikenal sebagai orang dekat Bung Karno. Lokasi tersebut berada diwilayah Jakarta Timur. Tepatnya dijalan Rawamangun Muka No. 10, tak jauh dari lapangan Golf Rawamangun, Jakarta Timur.

    Dibarengi ucapan rasa syukur kepada Tuhan, Yayasan ‘Pitha Maha’ dan seluruh umat Hindu di Jakarta. Lokasi tersebut sangat tepat untuk pembangunan ‘Pura’ yang kini bediri megah. Indah dan menyenangkan. Dinamai ‘Pura Aditya Jaya’ Penggunaan lokasi tersebut dikuatkan oleh Ir. Sutami, yang menerbitkan surat No. 36/KPTS/1976 yang memberi izin untuk menggunakan tanah yang dikuasai Dept. PU cq Ditjen Bina Marga (yaitu tempat Pura Aditya Jaya sekarang, sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu di Jakarta dan sekitarnya. Pemberian izin oleh Menteri PU didukung oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, yang bijaksana dan berwawasan luas didalam membangun kota Jakarta menjadi Kota Metropolitan.

   Pura Aditya Jaya dibangun dalam tujuh tahapan. Pertama dimulai tahun 1972 dan tahap akhir dilakukan tahun 1997. Areal Pura Aditya boleh dibilang cukup luas. Disitu terdapat sejumlah bangunan dan ornament bergaya khas Bali. Suasana Pura juga mirip taman hijau yang terlindung dari sengatan panas matahari karena lebatnya pepohonan rindang disekeliling areal. Masyarakat pemeluk agama Hindu bersyukur kepada Tuhan, kepada Bung Karno dan beberapa pejabat teras lainnya karena harapan dibangunnya Pura di Jakarta terpenuhi. Terlebih Pura besar itu berada di Jakarta atau Ibukota Negara Indonesia. Pura Aditya Jaya tak hanya digunakan untuk melakukan ritual keagama umat Hindu. Melainkan juga masyarakat umum yang ingin menikmati keheningan dan kedamaian hati didalam sebuah candi ditengah hangar bingarnya kehidupan keras di Kota Metropolitan Jakarta yang dulu pernah dijuluki ‘Kampung terbesar didunia’.

2. Pengenalan Tempat-Tempat Di Pura Aditya Jaya
    Pura Aditya Jaya adalah sebuah pura Hindu yang lokasinya berada di daerah Rawamangun, Jakarta. Rasa ingin tahu kadang membunuh, namun ia juga menumbuhkan dan membawa pencerahan. Adalah rasa ingin tahu yang mengganggu pikir setiap kali melewati By Pass, saat melihat sebuah bangunan dengan dinding bergaya Bali di pojok jalan.




Akses ke Pura Aditya Jaya adalah melalui Jl. Daksinapati Raya, Rawamangun muka (Golf). Lokasi Pura Aditya Jaya tepatnya berada di Jl. Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta 13220. Gambar di atas adalah pintu gapura untuk memasuki bagian dalam Pura Aditya Jaya, dilihat dari tempat parkir yang arealnya mampu menampung cukup banyak kendaraan roda empat. Areal parkir ini terhubung dengan Jl. By Pass melalui sebuah pintu gerbang lagi. Kedua pintu gerbang ini hampir selalu tertutup, kecuali barangkali ketika ada upacara keagamaan yang besar. Gapura yang memisahkan wilayah bagian luar dan wilayah bagian tengah Pura, yang terlihat pada gambar di atas, disebut Candi Bentar. Terdapat dua Candi Bentar di Pura Aditya Jaya ini, dimana yang satunya lagi berada di pintu masuk sebelah timur.


Pemandangan Pura Aditya Jaya ketika terlihat memasuki wilayah Candi dari arah Timur, atau dari Jl. Daksinapati Raya


Wilayah bagian luar Pura Aditya Jaya yang disebut sabagai Nista Mandala atau Jaba Sisi, dimana terdapat Rumah Tunggu, toko buku yang menjual buku-buku tentang ajaran agama Hindu, kantin yang cukup menyenangkan, Bale Gede dan dapur. Sebuah pohon beringin besar yang rindang memberi perlindungan yang nyaman bagi para pengunjung Pura Aditya Jaya.
 
Gerbang masuk Pura Aditya Jaya yang menghubungkan wilayah tengah dan wilayah utama Pura. Gapura itu, yang dinamai Kori Agung, memiliki satu pintu utama di tengah dan dua pintu tambahan, masing-masing di sebelah kiri dan kanan. Wilayah tengah Pura Aditya Jaya, yang disebut Madya Mandala atau Jaba Tengah, berisikan bangunan bernama dan Balai Wantilan, yang dipergunakan untuk mempersiapkan upakara, atau perlengkapan yang diperlukan dalam melaksanakan upacara ritual, atauPujawali. Bangsal Wantilan Pura Aditya Jaya juga dipergunakan sebagai panggung tempat dipentaskannya tarian-tarian sakral.
Candi terbesar yang berada di dalam wilayah utama Pura Aditya Jaya yang juga disebut Utama Mandala.
Seorang ibu muda dan anaknya terlihat tengah khusuk berdoa di area terbuka di dalam wilayah Utama Mandala Pura Aditya Jaya
Salah satu Arca Dewa yang ada di dalamPura Aditya Jaya, berada jauh di dalam wilayah utama, persis di belakang candi yang lebih kecil yang terletak di sayap sebelah kanan.
Pura Aditya Jaya dibangun dalam tujuh tahapan, dimana tahap pertama dimulai pada tahun 1972, dan tahap terakhir dilakukan pada tahun 1997. Wilayah Pura Aditya Jaya ini cukup luas, diisi dengan bangunan-bangunan dan ornamen bergaya khas Bali, dan terlindung dari panasnya kota Jakarta oleh pohon-pohon besar yang rindang di sekeliling kompleks.
Tentu saja sangat menggembirakan bahwa masyarakat yang beragama Hindu memiliki Pura besar di Jakarta ini, tidak saja bisa mereka pergunakan untuk melakukan ritual keagamaan, namun baik juga untuk masyarakat umum yang ingin menikmati keheningan dan kedamaian hati di dalam sebuah candi di tengah hingar bingarnya lalu lintas dan kehidupan yang keras di kota metropolitan ini.
3.   Hukum Karma Pala Dalam Ajaran Agama Hindu
Dalam kitab suci Bradh Aranyaka Upanisad di katakana : Hukum diartikan sama dengan “ kebenaran “.
Hukum adalah ketentuan – ketentuan atau peraturan – peraturan yang harus diatasi oleh sekelompok manusia, serta memberikan hukuman /ancaman terhadap seseorang yang melanggarnya baik itu berupa hukuman denda baik itu disebut orang dursila (penghianatan) oleh kelompok orang – orang tertentu di dalam masyarakat.
Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat atau berbuat, maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku.
Phala yang berarti buah atau hasil.
Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala berarti : Suatu peraturan atau hukuman dari hasil dalam suatu perbuatan.
Salah satu dari Panca Srada ( Enam Kepercayaan Agama Hindu) di antaranya adalah hokum karma phala dimana hukum karma phala ini merupakan filsafat yang yang mengandung etika yang artinya Bahwa Umat Agama Hindu percaya akan hasil dalam suatu perbuatan. Dalam Sarasamuscaya seloka 17 disebutkan :
“Segala orang, baik golongan rendah, menengah, atau tinggi, selama kerja menjadi kesenangan hatinya, niscaya tercapailah sgala yang diusahakan akan memperolehnya.”
Hukum Karma Phala adalah hukum sebab – akibat, Hukum aksi reaksi, hukum usahan dan hasil atau nasib. Hukum ini berlaku untuk alam semesta, binatang, tumbuh – tumbuhan dan manusia. Jika hukum itu ditunjukan kepada manusia maka di sebut dengan hukum karma dan jika kepada alam semesta disebut hukum Rta . Hukum inilah yang mengatur kelangsungan hidup, gerak serta perputaran alam semesta.
Dalam Kekawin Ramayana Sargah 1 bait nomor 4 :
“Nafsu dan lain sebagainya (Sad Ripu) adalah musuh yang terdekat, di dalam hati letaknya tidak jauh dari badan, Hal itu tidak ada pada Bliau, hanya keberanian dan kebijaksanaan serta pengetahuan politik yang beliau miliki”.
“Apa yang kamu tanam maka itulah yang akan kamu tuai”, Sesungguhnya tafsiran tersebut tidak sepenuhnya betul. Didalam Agama Hindu perhitungan karma itu tidak di dasarkan pada pisik, karena semua yang bersifat pisik merupakan bersifat Maya. Misalkan Orang sedih dia menangis, orang tertawa juga menangis, mengeluarkan air mata yang sama dari mata yang sama, tetapi perasaan yang terkandung di dalam hatinya berbeda. Hukum Karma mengatakan bahwa semua pikiran, perkataan, dan perkataan yang tidak baik melahirkan penderitaan.
# Ada tiga jenis karma yaitu :
  • Prarabda karma yaitu perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang dan diterima dalam hidup sekarang juga.
  • Kriyamana karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini tetapi hasilnya akan diterima setelah mati di alam baka.
  • Sancita karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang hasilnya akan di peroleh pada kelahiran yang akan dating.
# Sifat – Sifat Hukum Karama :
  • Hukum karma itu bersifat abadi : Maksudnya sudah ada sejak mulai penciptaan alam semesta ini dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami pralaya (kiamat).
  • Hukum karma bersifat universal : Artinya berlaku bukan untuk manusia tetapi juga untuk mahluk – mahluk seisi alam semesta.
  • Hukum karma berlaku sejak jaman pertama penciptaan, jaman sekarang, jaman yang akan dating.
  • Hukum karma itu sangat sempurna, adil, tidak, ada yang dapat menghindarinya.
  • Hukum karma tidak ada pengecualuan terhadap suapapun, bahkan bagi Sri Rama yang sebagai titisan Wisnu tidak mau merubah adanya keberadaan hokum karma itu.
















































ririn novita sari



LAPORAN KUNJUNGAN
PURE ADITYA JAYA RAWAMANGUN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
HINDUISME

Dosen pengajar:
Syaiful Azmi, MA
Oleh:
RIRIN NOVITA SARI (1113032100021)
PRODI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYA TULLAH
JAKARTA 2014



A.    Pengertian pure
Kata "Pura"  berasaldaribahasaSanskerta (-pur, -puri, -pura, -puram, -pore), yang artinyaadalahkota,kotaberbenteng, ataukotadenganmenaraatauistana.Dalamperkembangan di Pulau Bali, istilah "Pura" adalahtempatibadah; sedangkanistilah "Puri"sendiritempattinggalpara raja danbangsawan.
                                             
Secara istilah Pura adalah tempat untuk ibadah penganut agama hindu. Tempat suci ini digunakan untuk memuja Hyang Widhi Wasa, Atma dan Sidha Dewata ( roh suci leluhur). Pura tertua berada di bali sebagai pulau yang mayoritas pemeluk agama Hindu. 
 Puramemiliki 3 Jenis yang berfungsikhususuntukmenggelarbeberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuaipenanggalan Bali, yaitu:
  1. PuraKahyanganJagad: pura yang terletak di daerahpegunungan. Dibangun di lerenggunung, purainisesuaidengankepercayaan Hindu Bali yang memuliakantempat yang tinggisebagaitempatbersemayamnyapara dewadan hyang.
  2. PuraSegara: pura yang terletak di tepilaut. Purainipentinguntukmenggelar ritual khusussepertiupacaraMelasti.
  3. PuraDesa: pura yang terletakdalamkawasandesaatauperkotaan, berfungsisebagaipusatkegiatankeagamaanmasyarakat Hindu dharma di Bali.
B.     Pure Adity Jaya
Pure adity jaya adalah pure yang pertama kali di bangun di daerah jakarta timur. Pura aditya Jaya dibangun dalam tujuh tahapan. Yang pertama dimulai pada tahun 1972 dan pada tahap akhir dilakukan pada tahun 1997  area pura aditya jaya dibilang sangatlah luas disitu terdapat sebuah bangunan dan ornamen khas bali dan di sekelilingnya terdapat pohon-pohon yang hijau.
Sejarah didirikan nya pure aditya jaya ini tidak lepas dari perjuangan umat hindu. Persiden pertama kali ir. Soekarno menyambut baik ide tentang didirikanya pure di DKI Jakarta. Dan persiden soekarno menawarkan tanah di lapangan banteng, akan tetapi umat hindu tidak mau dan batal didirikanya pure di lapangan banteng.dan pada tahun 1962-an soekarno kembali menawarkan lokasi baru di Ancol.
Lokasi tersebut sangat tepat untuk membangun pure yang pada saat ini berdiri megah yang dinamai dengan pure ADITYA JAYA dan dijadikan sebagai tempat ibadah oleh seluruh agama Hindu yang ada di jakarta. Pemberian izin menteri PU dan dengan dukungan oleh gubernur DKI Jakarta. Maka pure tersebut resmi sebagai tempat ibadah para pemeluk agama hindu.

C.     Hukum Karma Pala DalamAjaran Agama Hindu
Karma berasaldaribahasaSansekertadariurat kata “Kr” yang berartimembuatatauberbuat, makadapatdisimpulkanbahwakarmapalaberartiPerbuatanatautingkahlaku.Phala yang berartibuahatauhasil.MakadapatdisimpulkanHukum Karma Phalaberarti :Suatuperaturanatauhukumandarihasildalamsuatuperbuatan.
1.       TRIGUNA
Trigunaterdiridari 2 kata yakniyang artinya “TIGA” sedangkanGUNAartinya “SIFAT”JadiTRIGUNA berartitigasifat yang mempengaruhikehidupanmanusia. Adapun TIGA sifatitudiantaranyaadalah:
1.      Sattwam:Sifatsattwamyaknisifattenang, suci, bijaksana, cerdasdansifat-sifatbaiklainnya.
2.      Rajas:Sifat rajas yaknisifatlincah, gesit, tergesa-gesa, bimbang, irihati, angkuhdanbernafsu.
3.      Tamas :Sifattamasyaknisifattamak,palingmalas, kumal, rakusdansukaberbohong.
Dari ketigasifatiniakansalingberkaitanantarasifat 1,2,dan 3 yang mempengaruhisifatmanusia,makadari 3 sifatitukitaharusbisamemilihnyamana yang baikdanburuknya.

2.      PANCA SRADHA
Agama Hindu disebutdengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma ( PengetahuanKebenaran) atauSanatana Dharma ( KebenaranAbadi ).pertama kali agama hinduberkembang di sekitarLembah Sungai Sindhu di India.
Ada tigakerangkadasar yang membentukajaran agama Hindu,antaralain :
  1. Tattwa, yaitupengetahuantentangfilsafat agama
  2. Susila, yaitupengetahuantentangsopansantun, tatakrama
  3. Upacara, yaitupengetahuantentangyajna, upacara agama
Di dalamajaranTattwa di dalamnyadiajarkantentang“ Sradha “ ataukepercayaan. Agama hindu. Yang manamerekamempercayaiadanya 5 halsebagaiberikut.
  1. Brahman, artinyapercayaakanadanya Sang HyangWidhi
  2. Atman, artinyapercayaakanadanya Sang Hyang Atman
  3. Karma, artinyapercayaakanadanyahukum karma phala
  4. Samsara, artinyapercayaakanadanyakelahirankembali
  5. Moksa, artinyapercayaakanadanyakebahagiaanrokhani.

Minggu, 30 November 2014

Yadi Fadhilah



LAPORAN KUNJUNGAN

PURA ADITYA JAYA RAMAWANGUN
MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHUI TUGAS MATA KULIAH HINDUISME

Dosen Pembimbing: Saiful Azmi, M.A
 

Nama:
Yadi Fadhilah (11130321000081)

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014



PENDAHULUAN
Pura Aditya Jaya (Rawamangun-Jakarta Timur)
            Pada Hari/Tanggal : Senin, 3 November 2014 M , kami dari Prodi “PERBANDINGAN AGAMA” Universitas Islam Negri Jakarta  Semester 3 kelas A-B dimana pada hari itu kami berkunjung ke suatu tempat ibadah agama hindu yaitu wihara (Pura Aditiya Jaya) untuk memenuhi syarat mata kuliah “Hinduisme”dan penelitian bagaimana agama hindu beribadah?, dan apasaja yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu itu tersendiri?
Pura Aditya Jaya adalah sebuah pura Hindu yang lokasinya berada di daerah Rawamangun, Jakarta. bangunan dengan dinding bergaya Bali di pojok jalan, lokasi Pura Aditya Jaya tepatnya berada di Jl. Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta 13220.Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia.Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu.Kata "Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sanskerta(-pur, -puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Pulau Bali, istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah; sedangkan istilah "Puri" menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan.

Ada berbagai hukum yang bisa kita tarik kesimpulan dibawah ini, diantaranya yaitu;
1.      Hukum saat manusia lahir
Dimana manusia lahir, pada saat itulah manusia mulai mengenal serta menjalankan hukum, dan menerima hukum. Baik hukum dari Tuhan yang diyakininya ataupun hukum dari negara tempat ia hidup.
2.      Hukum ketika masih hidup
Manusia hidup tidak bisa lepas dari hukum, apapun akan ada tindakan hukumnya. Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan manusia itu akan dijatuhi hukum. Tergantung dari kualitas perbuatannya. Jika perbuatan baik, maka akan memperoleh kebaikan, sebaliknya jika perbuatan buruk yang dilakukan, maka akan menerima keburukan hukum juga.
3.       Hukum setelah mati
Hasil dari perbuatan di dunia itu orang hindu percaya bahwa akan ada reaksi di akhir kehidupan, yakni ketika mati. Orang akan di iming-imingi oleh surga dan neraka. Surga tempat orang berbuat kebaikan saja, sementara neraka buat orang-orang yang berbuat keburukan.
 
HUKUM KARMA PHALA
Karmaphala atau karmapala adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu agama Dharma. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti "perbuatan", "aksi", dan phala berarti "buah", "hasil". Karmaphala berarti "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.
Karmaphala memberi optimisme kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, dan efeknya kepada orang lain. Karma Phala adalah sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya.

Karma Phala terbagi atas tiga, yaitu:
  1. Sancita Karma Phala (Phala/Hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya)
  2. Prarabdha Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehikupan saat ini dan Phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga)
  3. Kryamana Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun Phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
Hukum karma, berbicara hukum tentu ada sebab dan musababnya dari perbuatan seseorang itu sendiri. Karma bukan tidak mungkin berlaku bagi seseorang, karma adalah hasil dari perbuatan orang, hasil dari perbuatannya akan kembali pada dirinya. Jika mereka berbuat kebaikan, maka akan memperoleh hasil yang baik pula. Sebaliknya jika berbuat sesuatu yang kurang baik, maka tentu hasilnya akan setimpal dengan yang dikerjakannya artinya perbuatan itu tidak jauh hasilnya dari apa yang dikerjakannya. Seperti pepatah orang Jawa, “buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Itulah prinsip hukum karma, yang oleh orang hindu disebut karmapala. Karma itu berarti “manusia”, sedangkan pala itu berarti “perbuatan”. Jadi bisa diambil kesimpulan, karmapala itu bermakna hasil, atau buah perbuatan dari manusia. Dalam perspektif saya, hukum karma ini sama dengan hukum kausalitas yaitu hukum sebab akibat.