Minggu, 30 November 2014

ilawati



LAPORAN KUNJUNGAN
PURA ADITYA JAYA
Diajukan Sebagai Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hinduisme




Dosen Pembimbing :
Syaiful Azmi, M.A.

Disusun Oleh :
Ilawati 1113032100053



Jurusan perbandingan agama
Fakultas ushuluddin
Uin syarifhidayatullah jakarta
2014


  1. Sejarah Pure Aditya Jaya.

Pura pertama yang dibangun dan didirikan di Jakarta ini, lokasinya sangat strategis berada disebelah timur lintasan tol Cawang-Tanjung Priok atau sering disebut dengan Jalan Layang A. Yani. Lokasi pura memang berada dipersimpangan Jl. A. Yani dengan Jl. Rawamangun. Pura yang hampir setiap hari dikunjungi ini, memiliki sejarah yang sangat panjang mulai dari sebuah sanggar sebagai tanda yang hingga sekarang ini berdiri sangat megah dengan halaman yang sangat luas. Pada hari Sabtu dan Minggu, pengunjung pura sangat ramai, lebih-lebih saat diselenggarakannya Pendidikan Agama bagi anak-anak yang beragama Hindu mulai dari SD-SMP dan SMA termasuk juga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ingin memperoleh nilai agama untuk memenuhi nilai SKS-nya. Bahkan sekarang sudah berdiri Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH). 

     Pada hari Purnama-Tilem misalnya, banyak sekali umat Hindu baik tua maupun muda melakukan persembahyangan. Bahkan pada hari perayaan tertentu umat harus antre ber jam-jam untuk mendapat giliran melakukan persembahyangan. Hari Piodalan Pura Aditya Jaya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, jatuh pada hari Sabtu bertepatan dengan Hari Saraswati. Pura yang ditata sangat apik ini dikelola oleh sebuah badan otorita yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengembangannya.


    Disisi jaba luar pura terdapat Warung yang menjual makanan dan segala perlengkapan upacara, bahkan buku-buku agama Hindu sangat banyak ragamnya disini. Masakan khas Bali menjadikan tempat ini untuk bernostalgia dengan citra rasa dan aroma yang bernuasa Bali seolah-olah anda berada di Bali. Warung ini dibuka setiap hari, walaupun menunya tidak selengkap pada hari Sabtu dan Minggu atau pada hari-hari raya tertentu.

    Proses berdirinya Pura Adhitya Jaya Rawamangun, tidak dapat dilepas kan dari sejarah perjuangan hidup umat Hindu di DKI Jakarta. Betapa tidak. Sebab ide untuk membangun tempat persembahyangan umat Hindu di DKI Jakarta sudah lama dirintis oleh Suka Duka Hindu Bali (SDHB), yang kemudian diganti menjadi Suka Duka Hindu Dharma (SDHD) atas saran Bapak Dirjen Bimas Hindu dan Budha I. B. Mastra.

    Awalnya, kiprah dari Suka Duka Hindu Dharma baru terbatas pada perayaan hari-hari suci keagamaan, seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kian hari cita-cita untuk pendirian Pura tersebut mulai dipertegas dengan mendirikan Yayasan yang khusus untuk maksud pembangunan Pura. Yayasan itu bernama Yayasan Pitha Maha. Pengurus Yayasan tersebut antara lain Bapak Ida Bagus Manuaba (almarhum) anggota Dewan Konstituante, Bapak I Gusti Bagus Subania (almarhum) yang merjabat Menteri Koordinator, Bapak I Nyoman Wiratha (almarhum) yang menjadi anggota DPRD DKI. Yayasan ini mendapat bantuan dana secara rutin.

Pada tahun 1960-an, Presiden Soekarno memberikan tanah di lapangan Banteng kepada umat Hindu untuk tempat ibadah. Entah bagaimana pokok masalahnya, rencana mendirikan Pura di lapangan Banteng itu gagal. Tahun 1962, ditawarkan lokasi baru yakni di daerah Ancol. Namun umat Hindu keberatan, sebab lokasi Ancol saat itu berlumpur, tidak seperti Ancol sekarang ini. Kemudian ditawarkan lokasi baru lagi yakni sekitar Yakindra (Taman Ria Remaja Senayan sekarang), namun upaya pembangunannya belum juga berhasil.

2. Proses Berdirinya Pure Aditya Jaya


     Proses pendirian Pura Adhitya, Jaya Rawamangun diawali oleh cetusan ide dari Bapak I Gusti Ngurah Mandra kepada Bapak Menteni PU Ir. Sutarni pada acara penyerahan Masjid Pelita Taqwa dari Menteri PU kepada Bapak Walikota Madya Cirebon, yang dilaksanakan sekitar Tahun 1973.
Atas petunjuk dari Bapak Menteri, maka dibentuklah Panitia Pembangunan Pura (yang kemudian disebut Pura Adhitya Jaya Rawamangun), yang susunan personalianya sebagai berikut:

Ketua Umum: I Gusti Ngurah Mandra
Ketua I: I Nyoman Gria
Ketua II: I Gusti Ketut Sukarta
Sekretaris I Drs. Sang Made Jingga
Sekretaris II  A.A. Sumitra
Bendahara I  Ir. Ketut Berana
Bendaliara II I Wayan Armiatha

Setelah Panitia terbentuk, maka Panitia mengajukan pemohonan kepada Pemimpin Proyek. Pemimpin Proyek kemudian menunjuk dan mengesahkan Panitia tersebut untuk melaksanakan pembangunan Pura yang dimaksud.
Sebelum pembangunan tersebut, Panitia mengadakan rapat membahas keabsahan surat tanah. Yang hadir dalam rapat adalah Ida Pedanda Gde Wayan Sidemen (almarhum), A.A. Oka Jelantik, S.H., Drs. Nengah Kembar, dan semua anggota Panitia.
Rapat menyetujui peletakan batu pertama pembangunan Pura yang dilaksanakan oleh Bapak Drs. Moh. Hadi (almarhum) mewakili Pimpinan Proyek.
Sejak saat itu dilakukan pembangunan yang pengedaannya dilakukan oleh tukang dari Bali, yang pendanaannya didukung oleh para donatur.
Sudah tentu phisik pembangunan dimulai dengan membuat Padmasana disusul dengan Bale Papelik, Pengelurah, Pawedan Tanian Sari, Penyengker, dan sebagainya. Pada tanggal 12 Mei 1973 diadakan peresmian oleh Wakil Gebemur KDKI Jakarta, Ir. Prayogo dan Ngenteg Linggih dipuput oleh Ida Pedanda Gde Wayan Sidemen.

3. Perkembangan Pembangunan Pure
    Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan Pura Adhitya Jaya Rawamangun dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan sarana pendukung (dana) yang ada. Jika dilihat dari bangunan phisik yang berhasil diwujudkan dalam pembangunan tersebut, maka pentahapan tersebut dapat diklasifikasikan atas tujuh tahapan yaitu:
Tahap Pertama dimulai tahun 1972, yang berhasil dibangun adalah Padmasana, Griya Pedanda (belum permanen), Penglurah, Wantilan di Jaba Tengah namun dalam wujud sederhana berupa, bedeng.
Tahap Kedua dilanjutkan lagi pada tahun 1976, dengan membangun Kuri Agung, Penyengker Jeroan dengan tembok sederhana, Renovasi Wantilan di Jaba Tengah, Taman Sari dalam wujud sederhana.
Tahap Ketiga dilanjutkan tahun 1985, dengan memulai pembangunan wantilan besar di Jaba, walau belum selesai pada tahun itu.
Tahap Keempat dimulai talun 1988. Yang berhasil dibangun adalah Wantilan Besar (melanjutkan pembangunan tahun 1985), Bale Kulkul, Candi Bentar di sebelah Bale Kulkul, Griya Pedanda (permanen), Bale Bengong di sebelah Griya Pedanda.
Tahap Kelima dilanjutkan tahun 1995, dengan membangun Wantilan permanen di Jaba Tengah, Ruang Pasraman/Kuliah (di sebelah wantilan besar di Jabaan).
Tahap Keenam adalah tahun 1996 dengan membuat jalan aspal, Candi Bentar di Jaba Sisi (menghadap kejalan by pass), Candi Bentar di belakang (di ujung Jalan Daksinapati Raya), Renovasi Penyengker Mandala Utama (Jeroan).
Tahap Ketujuh tahun 1997 dengan membangun Penyengker di Jaba Sisi yang menghadap ke jalan by pass.
Demikianlah pentahapan pembangunan Pura Adhitya Jaya Rawamangun.




0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda