laporan kunjungan pura aditya jaya M.mubasir
LAPORAN KUNJUNGAN
PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Hinduisme
Dosen pengajar :
Syaiful Azmi, M.A
Oleh:
M.Mubasyir (1113032100024)
PRODI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
A. Pengertian Pura (tempat suci umat
Hindu)
Pura seperti halnya meru atau candi (dalam pengertian
peninggalan purbakala kini di Jawa) merupakan simbol dari kosmos atau alam
sorga (kahyangan), seperti pula diungkapkan oleh Dr. Soekmono (1974: 242) pada
akhir kesimpulan disertasinya yang menyatakan bahwa candi bukanlah sebagai
makam, maka terbukalah suatu perspektif baru yang menempatkan candi dalam
kedudukan yang semestinya (sebagai tempat pemujaan/pura). Secara sinkronis candi
tidak lagi terpencil dari hasil-hasil seni bangunan lainnya yang sejenis dan
sejaman, dan secara diakronis candi tidak lagi berdiri di luar garis rangkaian
sejarah kebudayaan Indonesia. Kesimpulan Soekmono ini tentunya telah menghapus
pandangan yang keliru selama ini yang memandang bahwa candi di Jawa ataupun
pura di Bali sebagai tempat pemakaman para raja, melainkan sebagian pura di
Bali adalah tempat suci untuk memuja leluhur yang sangat berjasa yang kini umum
disebut padharman. Untuk mendukung bahwa pura atau tempat pemujaan adalah
replika kahyangan dapat dilihat dari bentuk (struktur), relief, gambar dan
ornament dari sebuah pura atau candi. Pada bangunan suci seperti candi di Jawa
kita menyaksikan semua gambar, relief atau hiasannya menggambarkan mahluk-mahluk
sorga, seperti arca-arca devatà, vahana devatà, pohon-pohon sorga (parijata,
dan lain-lain), juga mahluk-mahluk suci seperti Vidàdhara-Vidyàdharì dan
Kinara-Kinarì, yakni seniman sorga, dan lain-lain.
Sorga atau kahyangan digambarkan berada di puncak gunung
Mahameru, oleh karena itu gambaran candi atau pura merupakan replika dari
gunung Mahameru tersebut. penelitian Soekmono maupun tulisan Drs. Sudiman
tentang candi Lorojongrang (1969: 26) memperkuat keyakinan ini.
(Pura dibangun untuk memohon kehadiran Sang Hyang Úiva dan
Úakti dan Kekuatan/Prinsip Dasar dan segala Menifestasi atau Wujud-Nya, dari
element hakekat yang pokok, Påthivì sampai kepada Úakti-Nya. Wujud konkrit
(materi) Sang Hyang Úiva merupakan sthana Sang Hyang Vidhi. Hendaknya seseorang
melakukan permenungan dan memuja-Nya)
Istilah pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan bagi
masyarakat Hindu khususnya di Bali, tampaknya berasal dari zaman yang tidak
begitu tua. Pada mulanya istilah pura yang berasal dari kata Sanskerta itu berarti
kota atau benteng yang sekarang berubah arti menjadi tempat pemujaan Hyang
Widhi. Sebelum dipergunakannya kata pura untuk menamai tempat suci / tempat pemujaan dipergunakanlah kata kahyangan atau hyang.
Pada zaman
Bali Kuna dan merupakan data tertua ditemui di Bali, disebutkan di dalam
prasasti Sukawana A I tahun 882 M (Goris, 1964: 56).
a.
Pura Hindu Dharma Aditya Jaya Rawamangun
Pura ini
dibangun pertama kali di jakarta. Lokasi pura ini sangatlah strategis yang
berada di sebelah lintasan tol cawang tanjung priok disana juga disediakan pendidikan agama bagi
anak-anak yang beragama hindu mulai dari SD-SMP dan SMA.
Sejarah
didirikannya Pure Aditya Jaya ini tidak lepas dari perjuangan umat hindu. Persiden
pertama kali Ir. Soekarno menyambut baik ide tentang didirikanya
pure di DKI Jakarta. Dan persiden Soekarno menawarkan tanah di lapangan banteng, akan tetapi umat hindu
tidak mau dan batal didirikanya pure di lapangan banteng, dan pada tahun 1962-an Soekarno kembali menawarkan lokasi baru di Ancol.
Akan tetapi umat Hindu keberatan karena lokasi tersebut tanahnya berlumpur dan
berbau anyir.
Dan pada
saat itu umat hindu yang ada di Jakarta sangat cemas mereka berharap dengan
cepat memperoleh lokasi yang akan dibangun pura untuk ibadah. Pada
saat itu Ir. Sutami menteri pekerjaan umum dan dikenal sangat dekat dengan soekarno. Menawarkan
lokasi di daerah jakarta timur lebih tepatnya daerah rawa mangun dekat lapangan
Golf.
Dibarengi
dengan ucapan rasa syukur kepada Tuhan yayasan pitha Matha dan seluruh pemeluk
agama hindu yang ada di Jakarta.
Lokasi tersebut sangat tepat untuk membangun pure yang pada saat ini berdiri
megah yang dinamai dengan pure ADITYA JAYA dan dijadikan sebagai tempat ibadah
oleh seluruh agama Hindu yang ada di jakarta. Pemberian izin menteri PU dan
dengan dukungan oleh gubernur DKI Jakarta. Maka pure tersebut resmi sebagai
tempat ibadah para pemeluk agama hindu.
Pura
aditya Jaya dibangun dalam tujuh tahapan. Yang pertama dimulai pada tahun 1972
dan pada tahap akhir dilakukan pada tahun 1997
area pura aditya jaya dibilang sangatlah luas disitu terdapat sebuah
bangunan dan ornamen khas bali dan di sekelilingnya terdapat pohon-pohon yang hijau.
b.
Asal usul agama Hindu
Agama
hindu timbul dari dua arus utama yakni bangsa dravida dan banga arya. Agama
hindu ini pada awalnyya berasal dari india. Tempat suci agama Hindu yaitu pure,
mendil dan penalaran. orang yang di sembah atau disucikan yaitu maha resi,
siwa, pegawan wiasa. Dan dalam agama hindu itu penerima wahyu tidaklah hanya
satu orang tetapi banyak yang menerima wahyu.
c.
Kitab suci Agama hindu
Agama
hindu mempunyai kitab suci yaitu weda, weda berasal dari kata vid yang artinya
pengetahuan. Kitab weda ini ditulis pada tahun 6000 sm akan tetapi ini menurut
para sarjana. Ada juga yang mengatakan bahwa kitab weda ini ditulis sekitar
tahun 5000 sm. Oleh karena itu sampai sekarang belum pasti kapan kitab weda itu
di tulis. Kitab weda ini berisi tentang mantra-mantra, pujian-pujian.
Pokok-pokok
keimanan dalam agama hindu dapat dibagi dalam 5 (lima) bagian yang disebut panca
sraddha, yang terdiri dari:
1)
Percaya terhadap
adanya brahman (sang hyang widhi)
Sang hyang widhi ialah ia yang kuasa atas
segala yang ada di alam ini. Tidak ada yang luput dari klemaha kuasaan-Nya.
2)
Percaya terhadap
atman
Atman adalah percikan kecil dari
paratman, atman yang tertinggi atau brahman. Bila atman meninggalkan badan,
maka makhluk itu akan mati. Atman yang menghidupi badan disebut jiwatman.
Jiwatman dapat dapat dipengaruhi oleh karma. Karena itu atman tidak akan selalu
kembali ke asalnya, yaitu paratman. Menurut ajaran agama hindu, jiwatman
seseorang yang meninggal dunia dapat mencapai surga atau jatuh ke neraka.
3)
Percaya terhadap
hukum karmaphala
Salah
satu dari Panca Srada ( Enam Kepercayaan Agama Hindu) di antaranya adalah hukum
karma phala dimana hukum karma phala ini merupakan filsafat yang yang
mengandung etika yang artinya Bahwa Umat Agama Hindu percaya akan hasil dalam
suatu perbuatan. Dalam Sarasamuscaya seloka 17 disebutkan :
“Segala
orang, baik golongan rendah, menengah, atau tinggi, selama kerja menjadi
kesenangan hatinya, niscaya tercapailah segala yang diusahakan akan
memperolehnya.”
Dalam
kitab suci Bradh Aranyaka Upanisad di katakana : Hukum diartikan sama dengan “
kebenaran “.
Hukum adalah ketentuan – ketentuan
atau peraturan – peraturan yang harus diatasi oleh sekelompok manusia, serta
memberikan hukuman /ancaman terhadap seseorang yang melanggarnya baik itu
berupa hukuman denda baik itu disebut orang dursila (penghianatan) oleh kelompok
orang – orang tertentu di dalam masyarakat.
Karma berasal
dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat atau berbuat,
maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku.
Phala yang
berarti buah atau hasil.
Jadi Hukum
Karma Phala adalah hukum sebab akibat, Hukum aksi reaksi, hukum usaha dan hasil
atau nasib. Hukum ini berlaku untuk alam semesta, binatang, tumbuh tumbuhan dan manusia. Jika hukum itu
ditunjukan kepada manusia maka disebut dengan hukum karma dan jika kepada alam
semesta disebut hukum Rta. Hukum inilah yang mengatur kelangsungan hidup, gerak serta
perputaran alam semesta.
Kegiatan manusia yang disebut perbuatan
dan merupakan aktifitas badaniah dan batiniah ini disebut karma. Jadi karena
manusia itu bergerak maka terjadi karma. Dan adanya karma itu menyebabkan
adanya hasil perbuatan yang disebut kharmaphala. Perbuatan yang baik
menyebabkan phala yang baik pula, begitu juga sebaliknya.
Sifat-Sifat Hukum Karma :
- Hukum karma itu bersifat abadi : Maksudnya sudah ada sejak mulai penciptaan alam semesta ini dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami pralaya (kiamat).
- Hukum karma bersifat universal : Artinya berlaku bukan untuk manusia tetapi juga untuk mahluk-mahluk seisi alam semesta.
- Hukum karma berlaku sejak jaman pertama penciptaan, jaman sekarang, jaman yang akan datang.
- Hukum karma itu sangat sempurna, adil, tidak, ada yang dapat menghindarinya.
- Hukum karma tidak ada pengecualuan terhadap suapapun, bahkan bagi Sri Rama yang sebagai titisan Wisnu tidak mau merubah adanya keberadaan hokum karma itu.
Dari kesemua itu setiap perbuatan seseorang itu akan
mendapatkan akibat dari sebab yang dia lakukan baik ataupun buruk. Yang
mana perbuatannya itu tertanam dari
sifat tama rajas dan lain sebagainya. Yang mana tercampur oleh prakerti
seseorang.
Ketika perbuatannya itu belum mendapat hasilnya,
maka jiwanya itu mengalami REINGKARNASI untuk dia mendapatkan Moska yang mana
bersatunya Atman dengan Brahman.
Adapun
balasan balasan itu tidak semuanya
langsung.
a. Prarabda
yaitu: seorang yang melakukan perbuatan langsung mendapat balasan pada saat itu
juga.
b. Kriyamana
karma yaitu: seorang tidak mendapat balasan apa yang dilakukanya sampai ia
sudah mati.
c.
Sancite karma
yaitu: seorang mendapat balasan ini
akan di peroleh pada kelahiran yang akan datang.
4)
Percaya terhadap
adanya punarbawa
Jieatman atau roh tidak selamanya berada
di surga atau neraka, ia akan lahir kembali ke dunia. Kelahiran kembali ini
disebut punarbawa atau samsara, lingkaran kelahiran. Bagaimana kelahirannya
kembali akan tergantung dari karmawasana (bekas-bekas perbuatan) terdahulu.
Kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala dosa
yang telah diperbuat pada kehidupan yang terdahulu.
5)
Percaya terhadap
adanya moksa
Bila seorang berhasil lepas dari ikatan
dunia ia akan mencapai moksa. Moksa artinya kelepasan. Inilah tujuan akhir
pemeluk agama hindu. Orang yang telah mencapai moksa tidak lahir lagi ke dunia,
karena tidak ada apapun yang mengikatnya, ia telah bersatu dengan paratman,
atman yang tertinggiatau sang hyang widhi.

0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda