Minggu, 23 November 2014

Pipit Fitrianti





TUGAS HINDUISME
LAPORAN KUNJUNGAN ‘PUTRA ADITYA JAYA’



 







DOSEN PEMBIMBING: Syaiful Azmi, MA

Disusun Oleh:
Pipit Fitrianti (1113032100030)




UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERBANDINGAN AGAMA (3) A
1435 H /2014 M



PENDAHULUAN
Pura Aditya Jaya (Rawamangun-Jakarta Timur)
            Pada Hari/Tanggal : Senin, 3 November 2014 M , kami dari Prodi “PERBANDINGAN AGAMA” Universitas Islam Negri Jakarta  Semester 3 kelas A-B dimana pada hari itu kami berkunjung ke suatu tempat ibadah agama hindu yaitu wihara (Pura Aditiya Jaya) untuk memenuhi syarat mata kuliah “Hinduisme”dan penelitian bagaimana agama hindu beribadah?, dan apasaja yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu itu tersendiri?
Pura Aditya Jaya adalah sebuah pura Hindu yang lokasinya berada di daerah Rawamangun, Jakarta. bangunan dengan dinding bergaya Bali di pojok jalan, lokasi Pura Aditya Jaya tepatnya berada di Jl. Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta 13220.Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia.Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu.Kata "Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sanskerta(-pur, -puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Pulau Bali, istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah; sedangkan istilah "Puri" menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan.
Ø 3 Unsur Penting dalam Agama Hindu

1.      Kitab Suci = Weda
·         Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.
·         Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.
·         Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti.
2.     Tempat suci = Pure, candi
Terdapat beberapa jenis pura yang berfungsi khusus untuk menggelar beberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali.
1.      Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan. Dibangun di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali yang memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan hyang.
2.      Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.
3.      Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan, berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di Bali.
3.     Orang suci = Maha Rsi
Adapun ketujuh keluarga Maha Resi penerima wahyu itu disebutkan :
  1. Grtsamada, maha Resi yang dihubungkan turunnya sloka-sloka Weda, Rg. Weda, terutama mandala II.
  2. Wiswamitra, beliau menerima Wahyu yang kemudian dihimpun dalam Weda. Seluruh mandala III diduga berasal dari keluarga Maha Resi Wiswamitra.
  3. Wamadewa, hampir semua mantra yang terdapat di mandala IV Rg Weda dikatakan diterima oleh Wamadewa.
  4. Atri, ada banyak dugaan yang membuktikan bahwa nama Atri dan keluarganya banyak dirangkaikan dengan turunnya wahyu-wahyu mandala V Rg Weda. Nama Atri juga dihubungkan dengan keluarga Angira.
  5. Bharadwaja, mandala VI Rg Weda tergolong himpunan sloka-sloka yang diturunkan melalui Maha Resi Bharadawja. Buku ini memuat 75 sukta.
  6. Wasista, ada seperempat dari mandala VII diturunkan melalui putranya. Tentang keluarga Wasista tidak banyak kita kenal. Didalam Mahabharata nama Wasista sama terkenalnya dengan Wiswamitra.
  7. Kanwa, Maha Resi Kanwa inilah yang ceriteranya hanyak disebut-sebut didalam kisah cintanya Sakuntala, sebagaimana diceriterakan sastrawan Kalidasa. Disamping nama Kanwa terdapat pula Bhagawan Kasyapa putra Maha Resi Marici. Maha Resi Kanwa sendiri berputra Praskanwa.
Hukum Karma Pala Dalam Ajaran Agama Hindu
Dalam kitab suci Bradh Aranyaka Upanisad di katakana : Hukum diartikan sama dengan “ kebenaran “.
Hukum adalah ketentuan – ketentuan atau peraturan – peraturan yang harus diatasi oleh sekelompok manusia, serta memberikan hukuman /ancaman terhadap seseorang yang melanggarnya baik itu berupa hukuman denda baik itu disebut orang dursila (penghianatan) oleh kelompok orang – orang tertentu di dalam masyarakat.
Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat atau berbuat, maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku.
Phala yang berarti buah atau hasil.
Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala berarti : Suatu peraturan atau hukuman dari hasil dalam suatu perbuatan.
Salah satu dari Panca Srada ( Enam Kepercayaan Agama Hindu) di antaranya adalah hokum karma phala dimana hukum karma phala ini merupakan filsafat yang yang mengandung etika yang artinya Bahwa Umat Agama Hindu percaya akan hasil dalam suatu perbuatan. Dalam Sarasamuscaya seloka 17 disebutkan :
“Segala orang, baik golongan rendah, menengah, atau tinggi, selama kerja menjadi kesenangan hatinya, niscaya tercapailah sgala yang diusahakan akan memperolehnya.”
Hukum Karma Phala adalah hukum sebab – akibat, Hukum aksi reaksi, hukum usahan dan hasil atau nasib. Hukum ini berlaku untuk alam semesta, binatang, tumbuh – tumbuhan dan manusia. Jika hukum itu ditunjukan kepada manusia maka di sebut dengan hukum karma dan jika kepada alam semesta disebut hukum Rta . Hukum inilah yang mengatur kelangsungan hidup, gerak serta perputaran alam semesta.

Ø    TRIGUNA

Triguna terdiri dari 2 kata yakni
TRI yang artinya “TIGA” sedangkan GUNA artinya “SIFAT”
Jadi TRIGUNA berarti tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia. Adapun TIGA sifat itu diantaranya adalah:
1.       Sattwam :Sifat sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas dan sifat-sifat baik lainnya.
2.       Rajas      :Sifat rajas yakni sifat lincah, gesit, tergesa-gesa, bimbang, iri hati, angkuh dan bernafsu.
3.       Tamas    :Sifat tamas yakni sifat tamak,paling malas, kumal, rakus dan suka berbohong.
Dari ketiga sifat ini akan saling berkaitan antara sifat 1,2,dan 3 yang mempengaruhi sifat manusia dan pasti ada dan melekat dalam diri manusia, maka dari itu sebaiknya kita sebagai umat manusia harus bisa memilah mana yang baik dan benar dalam menentukan sifat dan sikap kita. karena 3 sifat ini akan selalu ada selama manusia masih ada.

Sanatana Dharma

Ø  PANCA SRADHA
Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma ( Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatana Dharma ( Kebenaran Abadi ). Untuk pertama kalinya Agama Hindu berkembang di sekitar Lembah Sungai Sindhu di India. Agama Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta kepada para Maha Resi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain :
  1. Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama
  2. Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama
  3. Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama
Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan tentang “ Sradha “ atau kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut  “ Panca Sradha “.
Adapun bagian- bagian Panca Sradha terdiri dari :
  1. Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi
  2. Atman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman
  3. Karma, artinya percaya akan adanya hukum karma phala
  4. Samsara, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali
  5. Moksa, artinya percaya akan adanya kebahagiaan rokhani.
Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki sradha yang mantap. Seseorang yang sradhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang.
Cobalah perhatikan kegelisahan dan ketakutan seorang anak di arena sirkus. Anak kecil menjerit ketakutan ketika disuruh bersalaman dengan seekor harimau, walaupun di dampingi oleh seorang Pawang. Mengapa ketakutan itu bisa terjadi ?
Tidak lain karena anak kecil itu belum mempunyai kepercayaan penuh bahwa harimau itu akan jinak dan telah terlatih oleh pawangnya. Jadi kesimpulannya kepercayaan yang mantap dapat menciptakan ketenangan.
     


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda